Ijinkan saya bercerita sedikit tentang fulltime work mom dan anak anak remaja.

Apa yang terjadi bila tiap pulang kerja dan melihat anak anak berleha leha diatas tumpukan baju sekolahnya, yang entah kotor ataupun masih harus dipakai keesokan harinya. Dengan memainkan gadget dan bernyanyi keras keras, padahal sepatu berdebu dilempar begitu saja di dalam rumah
Apalagi sepertinya dia tidak beranjak dari pulang sekolah sampai 5 jam kemudian, dengan posisi yang sama, tanpa terganggu dengan bau badanya yang asem, yang harusnya bisa banyak yang sudah dilakukan. Misal makan, mandi atau tidur. Tapi tetap game dan medsos yang di nomorsatukanya.
Menyebalkan..
Sedangkan satu kali dua kali teguran padanya tidak membatnya bergeming. Bahkan cenderung mengacuhkan. Disisi lain anda sudah teramat capek seharian bekerja, penat karena macet, lapar, badan gatal, kepala berdenyut dan tekanan darah serasa naik ke puncak.
Jujur...pernahkah anda berteriak padanya dalam situasi begini. Dan apakah itu menyusul teriakan teriakan lanjutan. Sampai menjelang tidur suasana masih panas dan berulang teriakan di hari esoknya, esoknya dan esoknya lagi ? Atau bahkan akhirnya teriakan lah yang jadi media komunikasi dengan anak remaja anda ?
apa ini yang namanya fase " Screamer Kronis".
Jangan salahkan bila anak anak Remaja anda akan berbalik berteriak pula, demi menjawab komunikasi yang anda bangun. Terjadilah konflik yang lebih panas setiap waktunya. Emosi yang meledak ledak walaupun untuk masalah sepele.
Teriakan berbanding lurus dengan Teriakan
Intinya adalah : jika anda ingin anak patuh dengan teriakan, itu bukan pembelajaran yang baik. Karena berteriak tidak akan membuat suatu masalah terpecahkan - bahkan memperburuk. Anak anak akan belajar bahwa mereka tidak perlu merubah perilaku itu, mereka hanya berteriak dan melakukan yang memang ingin dilakukan. Akhirnya, mereka hanya akan mengacuhkan anda. Seiring waktu itu akan menjadi kebiasaan yang buruk dan tak terkendali.
Ada beberapa kiat yang patut dicoba untuk "menyembuhkan" teriakan anda:
- Tanyakan pada diri Anda, ingin menjadi orang tua seperti apa. Tidak ada orang tua yang ingin disebut sebagai "Screamer kronis". Tidak ada yang ingin disebut sebagai orang tua yang frustasi, jahat, aneh, diktaktor dan semacamnya hanya karena kebiasaan bersuara tinggi. Ingat, anda bisa berhenti menjadi lebih buruk kapanpun anda mau. Semua dimulai dari diri anda.
- Ketahui pemicu kemarahan anda. Kenali apa yang membuat anda mudah melemparkan teriakan pada anak anda. Apa karena lelah pulang kerja atau masalah yang lain. Jangan mengorbankan anak untuk hal hal yang bisa anda kontrol.
- Siapkan diri tentang kondisi di rumah. Dalam perjalanan pulang dari kantor selalu tanamkan di otak kalau apapun kondisi rumah, mau berantakan atau acakadut sekalipun adalah hal normal, semua orang mengalami rumah yang kotor, semua anak remaja mengalami masa malasnya di usia ini, dan semua itu bisa diatasi dengan lebih sabar.
- Ambil jeda waktu. Beri waktu untuk tubuh dan otak menyesuaikan dengan kondisi rumah dan anak. Jangan terburu inspeksi isi rumah seperti ibu kost lagi sidak.
- Ingat, siapkan senyum. Apapun yang terjadi, siapkan senyum yang penuh cinta pada anak dan rumah anda. Apapun kondisinya...
- Ingat, anda selalu bisa keluar dari perang emosi. Anda adalah pemegang kontrol untuk diri sendiri. Kontrol emosi anda sendiri. Tentukan titik dimana anda tidak boleh melanjutkan perdebatan dengan berteriak. Harus bisa...
- Tahan beberapa saat. Ketika anda melihat sesuatu yang membuat ingin meledak, ingin berteriak bahkan hanya karena ada kaos kaki kotor yang tergeletak diatas meja makan, tahan, jangan berlebihan menghadapinya. Karena teriakan itu bentuk dari frustasi. Dan anda tidak ingin disebut frustasi bukan.
- Lepaskan. Lepaskan rasa frustasi atau kemarahan dengan menghindari obyek maupun anak anda sesaat. Melangkahlah ke tempat terpisah, tenagkan diri sampai anda merasa bisa kontrol diri. Ada baiknya anda tarik napas panjang dan dalam, Istighfar dan Berwudhlu. Minum air putih dan mandi untuk merelaksasi syaraf dan tegangnya otot. Lepaskan segala kemarahan yang tersimpan.
- Evaluasi. Sangat penting untuk meng evaluasi kemarahan dan teriakan yang tak terkontrol anda sebelumnya. Apa pemicunya dan harus bagaimana ke depanya. Selalu kembalilah ke poin Satu.
- Cari dukungan. Dukungan pasangan atau orang terdekat sangat diperlukan untuk "kesembuhan" dan pemulihan diri kita. Ajak sharing pasangan, jangan malu untuk minta diingatkan tiap kali perilaku anda kelewatan. Mereka adalah kontrol bagi anda.
4 Poin yang paling bawah bisa diterapkan bila memang sudah terlanjur terjadi ledakan emosi. Selalu ingat, keberhasilan ditentukan diri anda sendiri. Jadilah orang tua yang lebih sabar dalam menghadapi anak anak. Perilaku anak anak adalah cerminan periaku orang tuanya. Bukan hanya anda yang frustasi menghadapi perilaku anak remaja, diluar sana hampir semua mengalaminya. Apalagi kita yang Fulltime Work Mom.
Comments
Post a Comment